Lakukan dengan senang hati

Ada seorang ibu yang senang membuat kue. Ketika hendak membuat kue, ternyata bahan-bahannya sudah habis. Telur sudah habis, gula pun habis. Ibu itu langsung memanggil anaknya yang semata wayang, saat itu anaknya kelas 6 SD  dan menyuruh anaknya untuk pergi ke pasar membeli telur dan gula.

Anak itu ingin pergi ke rumah temannya dan bermain disana tetapi ia juga sangat terpaksa menjalankan perintah ibunya. Akhirnya ia pergi ke pasar membeli telur dan gula, dan memberikan kepada ibunya dengan muka masam.

Dalam Matius 25:14-30 diceritakan tentang seorang tuan yang hendak pergi ke luar negeri. Sebelum pergi, tuannya mempercayakan talenta-talenta kepada 3  hamba yang sangat dipercayainya. Hamba yang pertama diberi 5 talenta. Hamba yang kedua diberi 2 talenta, hamba yang ketiga diberi 1 talenta. Tuan itu memerintahkan kepada ketiga hambanya untuk melipatgandakan talenta yang diberikan pada mereka.

Setelah tuannya pergi, hamba ke 1 dan ke 2 langsung pergi mengusahakan talenta itu dan menghasilkan untung/ laba. Mereka berdua menggunakan kepercayaan yang tuannya percayakan kepada mereka dan akhirnya mereka beroleh laba sesuai dengan kemampuan mereka. Berbeda dengan hamba ke 3, hamba ketiga marah kepada tuannya dan tidak mengusahakan talenta yang dimilikinya, dan mengubur talenta yang dipercayakan itu di dalam tanah.

Setelah itu, beberapa lama kemudian, tuannya datang dan mengadakan perhitungan. Hamba ke 1 melaporkan bahwa dia sudah mengembangkan talentanya dan memperoleh laba 5 talenta. Hamba ke 2 melaporkan bahwa dia sudah mengembangkan talentanya dan beroleh laba 2 talenta. Tuannya memuji mereka dan mengatakan bahwa mereka adalah hamba yang baik dan setia, barang siapa setia dalam perkara kecil, akan diberikan tanggung jawab dalam perkara besar.( Matius 25:21, 23).  Hamba yang ketiga mengungkapkan bahwa tuannya adalah tuan yang jahat dimana tuannya menuai di tempat yang tidak tuannya tabur dan memungut dari tempat yang tidak ia tanam, dan talenta itu disembunyikan dalam tanah. Mendengar pengakuan hamba ketiga, tuannya marah dan mengatakan bahwa hamba yang ketiga adalah hamba yang jahat dan malas, dan akibatnya talenta itu yang disembunyikan dalam tanah dan diberikan kepada orang yang mengusahakan talenta itu.

Mengapa tuannya memberikan talenta yang berbeda-beda dan mengapa tidak disamakan? Penulis melihat karena tuannya ingin hambanya menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan yang dia miliki, ada yang 5 kemampuan, 2 kemampuan atau 1 kemampuan. Tuannya tidak menuntut berapa banyak pelipatgandaannya, tuannya hanya ingin lihat apakah hamba-hambanya melakukan tugas dengan senang hati?

Saat ini, apa talenta yang Tuhan berikan kepada kita? Di gereja, setelah kita percaya Tuhan, apakah kita akan diam saja dan tidak mau melayani Tuhan? Jangan pernah katakan bahwa anda tidak memiliki karunia untuk melayani tetapi Tuhan memberikan karunia kepada setiap orang minimal 1. Saat ini, apa karunia kita untuk melayani Tuhan? Ada yang punya karunia untuk bermain musik, menyanyi, berkotbah, memberitakan Injil tapi tidak ada karunia untuk mengajar, ya intinya adalah gunakan karunia yang kita miliki saat ini. Mungkin kita tidak bisa memimpin pujian, tapi Tuhan beri kita karunia untuk menghibur orang lain, jalankan karunia itu dengan  senang hati. Atau kita tidak bisa bermain musik, bernyanyi, tapi Tuhan memberi kita karunia untuk memberi/ murah hati, ya kita bisa pakai karunia itu untuk melayani Tuhan.

Intinya selama kita hidup, lakukan pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita dengan senang hati, dan jangan bersungut-sungut. Ingat yang kita layani adalah Tuhan dan bukan manusia akan tetapi kita tetap harus tunduk dan melakukan tugas yang dipercayakan pimpinan kita. Atau ketika kita berada di kantor, lakukan tugas pekerjaan kita dengan senang hati seperti melayani Tuhan dan jangan cuma melakukan pekerjaan hanya karena takut bos, dan jika tidak ada bos tidak dikerjakan. Biarlah kita menjadi orang yang seperti hamba pertama dan kedua, walaupun tuannya tidak melihat pekerjaannya, tapi dia setia melakukan pekerjaannya. Atau ketika kita berada di gereja, lakukan pelayanan yang Tuhan percayakan dengan senang hati, atau ketika kita berada di sekolah sebagai guru, lakukan tugas bukan hanya takut pada kepala sekolah saja tetapi tetap hargai mereka dan lakukan tugas dengan senang hati seperti melakukan untuk  Tuhan.

Selama ini bagaimana kehidupan kita? Sudahkah kita melakukan yang terbaik untuk Tuhan? Dengan senang hati atau dengan sungut-sungut? Biarlah kita menjadi seperti hamba ke 1 dan 2 yang setia melakukan tugasnya dengan senang hati dan tidak bersungut-sungut. Amin. Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita dimanapun kita ditempatkan.

” Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita”. ( Kolose 3:17)

” Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” ( Filipi 2: 14)

link