“Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
“Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.”
Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: “Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.”
Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.”
Perempuan itu menjawab: “Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.”
Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.”
Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.” 1 Raja-raja 17:8-16
Pada saat itu sedang terjadi kekeringan yang dahsyat karena hujan tidak turun selama tiga setengah tahun. Kelaparan juga melanda seluruh negeri itu (Luk 4:25-26). Lalu Tuhan menyuruh Elia untuk pergi ke Sarfat. Disanalah Tuhan menyatakan mujizatNya melalui seorang janda.
Keadaan perempuan tersebut sudah sangat memprihatinkan. Dia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak. Sisa sedikit bahan tersebut adalah bahan makanan terakhir yang akan diolah dan dimakan bersama dengan anaknya. Setelah itu dia telah pasrah pada apa yang akan terjadi pada dirinya dan anaknya.
Perempuan tersebut sudah tidak punya harapan lagi selain kepada apa yang dimilikinya. Hanya sedikit bahan makanan-lah yang menjadi harapan terakhir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kekeringan dan kelaparan yang sedang melanda bukan merupakan keadaan yang bisa mendatangkan keuntungan. Sangatlah sulit untuk mendapatkan air maupun bahan makanan.
Tetapi Tuhan mengutus Elia kepada perempuan tersebut untuk menyatakan kemuliaanNya.
Ada beberapa hal yang membuat mujizat terjadi dalam kehidupan perempuan janda tersebut:
1. Tidak Takut
“Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut’ ” 1 Raja-raja 17:13a
Elia meminta perempuan itu untuk membuatkan sepotong roti baginya. Tentunya perempuan tersebut berpikir, bagaimana mau membuatkan roti untuk orang lain sedangkan untuk dirinya sendiri saja pas-pasan.
Tetapi Elia mengatakan kepada perempuan itu untuk tidak takut, karena Tuhan akan mencukupi segala kebutuhan mereka hingga masa kelaparan tersebut berlalu.
Janganlah takut atau kuatir atas apa yang sedang kita alami saat ini. Kekurangan atau masalah yang sedang kita alami harus kita jalani dengan hati yang tenang. Ketakutan atau kekuatiran tidak akan menyelesaikan masalah.
“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Matius 6:27
Dengan ketenangan maka kita akan dapat menjalani setiap masalah yang ada dengan pikiran yang lebih jernih. Jangan takut dan jangan kuatir, karena Tuhan ada bersama dengan kita.
“Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.” Yosua 1:8
2. Pegang Janji Tuhan
“Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” 1 Raja-raja 17:14
Elia menyatakan janji Tuhan bahwa Tuhan akan memberikan hujan sehingga kekeringan dan kelaparan akan berhenti. Janji ini menjadi pengharapan baru bagi perempuan tersebut. Walaupun keadaan masih tetap sama, tetapi tanpa keraguan sedikitpun dia melakukan apa yang Elia perintahkan. Matanya memandang kepada janji Tuhan yang indah bagi kehidupannya dan hari esok yang penuh harapan.
Keadaan yang kita alami mungkin belum berubah menjadi baik. Tetapi Tuhan memberikan janji kepada kita bahwa ada hari esok yang penuh harapan bagi kehidupan kita. Dan Dia tidak akan lalai menepati janjiNya.
Oleh karena itu peganglah janji Tuhan dalam hati kita. Jangan pernah lepaskan apa yang telah Tuhan janjikan, karena Dia tidak akan berlambat-lambat menggenapi apa yang telah Dia firmankan bagi kita.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” Yeremia 29:11
3. Melangkah Dengan Iman
“Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.” 1 Raja-raja 17:15-16
Perintah Elia untuk membuatkan roti terlebih dahulu bagi dia merupakan hal yang kelihatan tidak masuk akal. Logika manusia sudah pasti tidak sesuai dengan hal yang Elia katakan.
Tetapi perempuan janda itu tidak membantah apa yang Elia katakan. Dia tidak meragukan apa yang akan terjadi. Setelah mendengar janji Tuhan, dia langsung melakukan perintah Elia. Dia melakukannya dengan penuh keyakinan. Dia yakin bahwa Tuhan benar-benar ada dan akan melakukan hal yang baik bagi kehidupannya.
Dan kita melihat keyakinan imannya membuahkan hasil. Tepung dan minyak yang dia miliki tidak berkurang sedikitpun, walaupun untuk sekian lama digunakan untuk mencukupi kebutuhan bagi mereka bertiga. Kuasa Tuhan dinyatakan dalam kehidupannya. Mujizat terjadi!
Apa yang harus kita lakukan dalam berbagai masalah: keadaan kekurangan, sakit-penyakit, doa yang belum dijawab, belum dapat jodoh, belum dapat pekerjaan, pekerjaan yang kurang bagus, bisnis yang tidak berkembang dan masih banyak lagi?
Kita harus tetap mencari, tetap bekerja, tetap berusaha, tetap melakukan yang terbaik dan tetap konsisten dalam melakukan segala upaya. Lakukan dengan iman, lakukan dengan penuh keyakinan, dan lakukan dengan penuh pengharapan. Tuhan akan menyatakan mujizatNya pada saat kita melangkah.
Keadaan tidak akan berubah jika kita tidak mau melangkah dengan iman. Tetapi pada saat kita melangkah dengan iman, maka kuasa Tuhan akan menyertai setiap langkah yang kita jalani. Dia akan memampukan kita, Dia akan memberi kekuatan bagi kita untuk melalui semuanya. Dia juga yang akan membawa kita kepada kemenangan.
“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.” Yakobus 2:21-22
Janganlah kita menyerah atas apa yang sedang kita alami. Semua yang terjadi merupakan ujian bagi kita untuk dapat lebih dekat lagi kepada Tuhan. Dengan mencontoh perempuan janda di Sarfat, yaitu dengan tidak takut, memegang janji Tuhan dan melangkah dengan iman, maka kita dapat berjalan lebih kuat lagi untuk meraih hari esok yang penuh harapan. Haleluya!
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Yeremia 17:7-8
*courtesy of PelitaHidup.com