Emansipasi Wanita dalam “Misycle Syelomoh”

Oleh: Yon Maryono

Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani ‘’misyle/masyal’’ adalah singkatan dari ‘’misyle syelomoh’’ ditulis 900 S.M. Dalam Amsal 31: 10-28 Nabi Salomo menuliskan seorang Wanita sebagai istri yang cakap, ia lebih berharga dari pada permata. Salah satu bentuk perhiasan yang dikenal sebagai suatu benda yang bernilai tinggi atau mahal nilainya hingga saat ini. Hal ini menunjukan suatu penggambaran “wanita yang berharga” – Woman of Worth.

Pandangan Salomo adalah suatu ide menempatkan seorang wanita pada kelas tertentu dalam masyarakat Israel saat itu. Pujian untuk seorang wanita yang kuat, berpengetahuan dan bijaksana dalam karyanya diberbagai aspek. Bidang ekonomi, Ia pekerja keras dalam perjuangan ekonomi keluarganya. Bidang sosial-politik, ia bermasyarakat melalui pertolongan dan bantuan kepada yang membutuhkan. Ia membantu yang tertindas, berhikmat serta lemah lembut dalam bertutur kata. Suatu yang dapat dimaknai saat ini sebagai “Emansipasi” yakni suatu proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, dan dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang lebih maju. Salomo berpandangan seorang Istri tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sosok yang mandiri, tidak tergantung dari suami.

Dua ribu sembilan ratus tahun itu sudah berlalu, fakta saat ini kita masih melihat wanita tertindas dan menghadapi ketidakadilan oleh karena tradisi, agama, bahkan perundangan yang diatur oleh Pemerintah. Suatu contoh, Undang-Undang No. 1 thn 1974 tentang Perkawinan (UUP) yang menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Penempatan istri sebatas pengelola rumah tangga cenderung mempertahankan tradisi yang mewajibkan istri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Akibatnya, banyak istri yang tidak memiliki kesempatan bekerja dan mencari nafkah sendiri sehingga tidak bisa mengolah ketrampilan yang dimilikinya untuk memperoleh penghasilan. Mereka mengalami ketergantungan ekonomi terhadap suaminya, bahkan data statistik menunjukan wanita di Indonesia 70% sangat tergantung suami. Bagaimana jika kemudian terjadi masalah keluarga, suami meninggalkan istri? Istri yang hidup sendiri tentu akan mengalami kesulitan untuk mandiri secara ekonomi apalagi sudah lahir anak-anak yang menjadi tanggungannya.

Hikmat Salomo ternyata telah jauh menembus ruang dan waktu untuk melihat wanita yang diinginkan Allah. Hikmat Raja Salomo yang sedemikian tinggi dan dalam itu sebagai karunia Tuhan semata. Bukan hasil usaha dan perjuangan dari Salomo, melainkan berasal dari Tuhan sendiri. Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut” (I Raja-Raja 4:29).

Saya percaya, para wanita yang takut akan Allah dapat melihat bahwa mereka sedang dalam proses menjadi wanita yang Allah inginkan. Mereka sedang dalam proses memenuhi panggilan Allah dalam hidupnya, dan belajar untuk menjalani hari setapak demi setapak di jalan Allah. Dibutuhkan kegigihan, perjuangan dan ketekunan yang terus menerus, serta hati yang percaya dan berharap pada Tuhan. Marilah kita berdoa dengan sungguh, supaya dapat melihat wanita-wanita di sekitar kita bertumbuh menjadi wanita seperti yang Allah inginkan. Tuhan memberkati.

link