MENDISIPLIN ANAK DALAM TUHAN

“Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya,

tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan”  (Amsal 13:1)

Mendidik anak “dalam ajaran dan nasihat Tuhan” termasuk mendisiplin anak karena Alkitab sangat menekankan pentingnya disiplin.  Anak yang tidak disiplin akan bertumbuh sebagai pemberontak, tidak menghormati otoritas dan akibatnya mereka tidak mau menaati dan mengikuti Tuhan.  Disiplin digunakan untuk mengoreksi dan mendidik orang untuk  melangkah di jalan yang benar.

Beberapa dekade yang lalu, memukul pantat atau menjewer telinga adalah praktek mendisiplin anak yang diterima secara luas, namun dalam beberapa waktu terakhir ini memukul anak atau bentuk hukuman fisik lainnya telah diganti dengan ‘time-out’ dalam arti berhenti dari aktivitas-aktivitas yang mereka sukai.  Di beberapa negara, memukul anak bahkan dianggap ilegal.  Orangtua yang memukul anaknya dapat dilaporkan pada pemerintah, dan akibatnya anak tersebut akan diambil dari asuhan mereka.

Disiplin secara fisik bukan solusi terbaik. Sebab, meski orangtua hanya sesekali memukul anak, tetap saja dapat membuat anak cenderung mudah stres dan tidak percaya diri.  Selain itu yang perlu para orangtua tahu, hukuman fisik bisa menyebabkan perkembangan emosi si kecil terganggu, bahkan tak jarang perilaku si kecil juga bisa makin ‘liar.’

Dengan hukuman fisik, pelajaran yang didapat anak justru adalah jika sedang marah pada seseorang, kita diperbolehkan untuk memukul.  Bila anak tumbuh di lingkungan keluarga dimana pukulan atau kontak fisik lainnya adalah hal yang biasa, anak-anak akan belajar menjadi pelaku kekerasan.  Bisa jadi, kasus-kasus tawuran yang marak terjadi di kota besar adalah dampak dari hukuman fisik yang sering diterima pelaku tawuran.

Disiplin Tuhan adalah penuh kasih, sebagaimana mestinya antara orangtua dan anak.  Mendisiplin anak tidak boleh dilakukan untuk melampiaskan amarah atau rasa frustasi orangtua atau secara tidak terkontrol.  Firman Tuhan berkata: “Dan kamu, Bapak-bapak, janganlah bangkitkan kemarahan di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4 LAI TB2).

Sebuah penelitian dari University of New Orleans di Amerika menyimpulkan tiga hukuman untuk anak berikut ini adalah yang paling efektif dibandingkan dengan memukul, yaitu:

 

1. Mendiamkan atau memberikan mereka waktu sendiri untuk merenungi kesalahannya.  Setelah itu, baru ajak dia bicara untuk menanyakan apa alasan ia berbuat demikian

2.   Memberikan anak tugas rumah tambahan

3.  Tidak memperbolehkan si anak melakukan aktivitas favoritnya untuk sementara waktu

 

“Kuncinya adalah konsistensi. Memberikan hukuman fisik bagi anak sehingga si anak bisa menghentikan kenakalannya mungkin terasa cukup keras . Tapi membiarkannya justru bisa menimbulkan masalah yang lebih besar. Lebih baik mendisiplinkan anak dan fokus pada konsistensi,” kata Dr. Paul Frick, peneliti dari University of New Orleans.